16 February 2013

contoh skripsi pendidikan teknik bangunan

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
    Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia selalu terus-menerus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, walaupun hasilnya belum memenuhi harapan. Hal itu lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, Tahun 2003).
    Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, maka peran guru sangat penting  dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di atas.
    Dalam pendidikan nasional terdapat pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal didefenisikan sebagai berikut “pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi” (Suprijanto, 2005). Wujud nyata dari pendidikan formal adalah terlaksanakan proses pembelajaran di kelas, di mana arah dan sasaran yang akan dicapai sesuai dengan jenjang pendidikan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional.
   
    Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan tertentu untuk memasuki lapangan kerja, dunia industri dan sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan pendidikan  yang lebih tinggi. Menurut Rupert Evans (Tahun 2011) mendefinisikan SMK adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersipkan seseorang agar lebih mempu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan lainnya, hal ini dijabarkan dalam suatu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
    Sesuai dengan KTSP SMK (2006), SMK yang memiliki tujuan : 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetisi dalam program keahlian yang dipilih, 2) menyiapkan peserta didik agar mampu memiliki karir, ulet, dan gigih dalam kompetensi, beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya, 3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan lebih tinggi, 4) membekali peserta didik dengan kompetisi-kompetisi yang sesuai dengan program keahliannya yang dipilih.
    Untuk mencapai hal tersebut, maka siswa SMK dituntut untuk lebih memahami dan menguasai setiap mata pelajaran yang diterima disekolah, karena setiap mata pelajaran saling mendukung dan saling mempengaruhi dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta perkembangan sikap dan kepribadiannya sebagai hasil belajar.

    Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah proses pembelajaran. Berdasarkan observasi awal, dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong berperan aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas diarahkan pada mendengarkan dan menyimak informasi yang disampaikan, hal ini menyebabkan sulit tercapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai tenaga kerja pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa serta memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik, sebab dengan susana yang menyenangkan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Dari prestasi inilah dapat dilihat bahwa keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran.
    SMK N 1 Lubuk Pakam merupakan salah satu SMK yang memiliki Program Keahlian Gambar Bangunan, yang melaksanakan berbagai kegiatan belajar yang meliputi berbagai mata pelajaran keteknikan. Salah satu mata pelajaran program keahlian Gambar Bangunan adalah Menerapkan Dasar-Dasar Gambar Teknik (MDGT). Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran utama yang sangat penting, hal ini disebabkan untuk menempuh mata pelajaran lainnya.
    Pembelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Gambar Teknik pada kompetensi keahlian Gambar Bangunan banyak guru yang mengeluh akibat rendahnya kemampuan dan minat siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep pelajaran Menerapkan Dasar-Dasar Gambar Teknik sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mengerjakan soal baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru memberikan tugas secara kontinu berupa latihan-latihan soal. Pelaksanaan latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
    Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai model untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
    Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan terlihat bahwa nilai untuk mata pelajaran yang tertera dalam Daftar Kumpulan Nilai (DKN) pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu, bahwa dari 30 siswa yang memperoleh nilai <70 sebanyak 7 siswa, memperoleh nilai 70-79 sebanyak 15 siswa dan memperoleh nilai 80-89 sebanyak 8 siswa dan memperoleh nilai 90-100 tidak ada, dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku di sekolah SMK Negeri 1 Lubuk Pakam tersebut sebesar 70. Selengkapnya perolehan nilai rata-rata hasil belajar menerapkan dasar-dasar gambar teknik dapat dilihat pada tabel berikut:






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1.   Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
    Saripuddin (dalam Abbas, 2000:10) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yeng sistematis dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk memcapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para belajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Sedangkan, Joyce dan Weil, M. (dalam Abbas, 2000:10) mendefinisikan model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.
    Arends (dalam Abbas, 2000:10) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
    Berdasarkan definisi di atas, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman gurudalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru. Perangkat-perangkat itu meliputi buku guru, buku siswa, lembar tugas/kerja siswa, media bantu seperti komputer, transparansi, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan lain-lain.
    Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:10) model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), model pembelajran diskusi (discussion), model pembelajaran strategi (learning strategy).
    Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
    Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas,2000:12).
    Dari beberapa uraian pendapat diatas mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu strategi pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
    Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar.
    Dalam model pembelajaran berbasis masalah ini, guru berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Pembelajaran berbasis masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akivitas siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada model pembelajaran berbasis masalah guru berperan pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa.

1.1.  Ciri-Ciri model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
    Menurut Arends (2001: 349), berbagai pengembangan berbasis masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai barikut:
a)    Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b)    Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c)    Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
d)    Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
e)    Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.



1.2.  Langkah-Langkah Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL)   
    Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel 2.1.








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan pada mata pelajaran Dasar-Dasar Menggambar Teknik (MDGT) Tahun Pelajaran 2012/2013.

B.  Subjek Penelitian
    Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X semester 1 (satu) Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Tahun Ajaran 2012/2013, yaitu sebanyak 1 kelas yang terdiri dari 30 orang.

C.  Partisipan
    Penelitian ini akan dibantu oleh guru mata pelajaran dasar-dasar menggambar teknik sebagai pelaku tindakan dan peneliti sendiri sebagai observer.

D.  Rancangan Penelitian
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan melalui dua siklus dan  masing-masing siklus terdiri dari empat tindakan yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas ini memiliki beberapa model, dalam hal ini peneliti menggunakan model yang digunakan oleh Arikunto (2008) sebagai berikut:







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Lubuk Pakam dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil dan aktifitas belajar Menggambar Teknik Dasar siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK N 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana dalam siklus pertama diselesaikan dengan 2 kali pertemuan dan siklus kedua diselesaikan dengan 2 kali pertemuan, dimana dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1). Perencanaan, 2). Pelaksanaan, 3). Pengamatan dan 4). Refleksi.
Tahap perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung proses tindakan yang akan dilakukan dengan mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran sebagai instrument dalam proses pembelajaran.
Setelah itu guru  akan menerapkan  metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) serta memberikan soal berbentuk pilihan berganda pada akhir tindakan. Selanjutnya dilakukan pengamatan (observation) dan evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Dari hasil evaluasi tersebut maka ditemukan masalah-masalah baru (reflection). Jika hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu sebesar 70 dan aktivitas siswa belum meningkat 50 % dari jumlah siswa maka siklus I dikatakan belum berhasil, sehingga perlu dilanjutkan siklus II dengan memfokuskan pembelajaran terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Pelaksanaan Penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

1.    Siklus I
1.1.     Tahap Perencanaan
Sesuai dengan ciri khas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang berawal dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran yang dihadapai oleh guru. Maka peneliti melaksanakan tahap perencanaan (Planning) yaitu melakukan konsultasi dengan PKS I untuk menentukan silabus, kurikulum dan  RPP dan bekerjasama dengan guru bidang studi dalam menentukan materi pokok pembelajaran serta untuk mengetahui keadaan siswa di sekolah. Adapun materi pokok untuk siklus I adalah Pengetahuan alat-alat gambar, Jenis dan fungsi garis, Pengetahuan proyeksi. Peneliti mempersiapkan format observasi untuk melihat aktivitas dan hasil belajar siswa. Peneliti akan melakukan kolaborasi dengan guru bidang studi untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
1.2.    Tahap Tindakan
Dalam tahap ini, pembelajaran dimulai dengan memperkenalkan materi pelajaran sesuai dengan Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya dengan melakukan tindakan penerapan metode Problem Based Learning. Dalam tahap tindakan pembelajaran ini guru menjelaskan serta mengarahkan siswa dalam diskusi untuk menyatukan permasalahan dan pemahaman mereka dari hasil pembacaan modul yang sudah dibagi. Setelah tindakan selesai, dilakukan evaluasi belajar dengan memberikan tes pilihan berganda. Pada tahap ini peneliti langsung mengawasi dan membimbing siswa serta memberikan penjelasan yang perlu jika terdapat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
    Dari hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1.    Hasil aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, dimana aktivitas siswa pada siklus I dengan kategori Tidak Tuntas (TT) adalah sebanyak 13 orang siswa (38,24%), kategori Belum Tuntas (BT) adalah sebanyak 7 orang siswa (20.59%), kategori Cukup (C) sebanyak 9 orang (26.47%), kategori Baik (B) sebanyak 5 orang (14,70%). Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu untuk kategori Tidak Tuntas (TT) dan Belum Tuntas (BT) tidak ada (0%), kategori Cukup (C) 6 orang siswa (17,65%), kategori Baik (B) 20 orang siswa (58,82%) dan kategori Sangat Baik (SB) 8 orang siswa (23.53%).
2.    Rata-rata hasil belajar siswa setelah dilakukan penerapan metode problem based learning adalah mengalami peningkatan, dimana dari siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 68,18% meningkat menjadi 85,44 dengan rata-rata peningkatan penguasaan materi pada siklus I dan siklus II sebesar 17,26%. Dari hasil peningkatan hasil belajar tersebut  berarti bahwa penerapan metode PBL pada mata diklat menggambar teknik dasar mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penerapan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar menggambar teknik dasar siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2012/2013.
3.    Nilai hasil belajar menggambar teknik dasar dan nilai aktivitas belajar siswa pada mata diklat menggambar teknik dasar merupakan nilai yang terpisah dan berbeda. Sehingga terdapat siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar tinggi tetapi tidak terlalu tinggi dalam hasil belajar menggambar teknik dasar dan begitu juga sebaliknya.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpuan di atas, saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan penerapan metode pemberian tugas dan resitasi adalah :
1.    Diharapkan kepada guru mata diklat menggambar teknik dasar agar dapat menerapkan metode Problem Based Learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.    Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dalam penerapan metode problem based learning ini menggunakan standar kompetensi yang berbeda, media belajar yang lengkap sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.





file lengkapnya jika berminat silahkan download di :

untuk non member silahkan pilih regular download

1 comment: