11 February 2013

Contoh Proposal Skripsi Sastra Pendidikan BAB II



BAB II
LANDASAN TEORETIS


A. Kerangka Teoretis
            Dalam kegiatan penelitian ini, kerangkan teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai lanasan pemikiran dan acuan bagi pembahasan masalah penelitian. Mengingat pentingnya hal itu, maka teori-teori yang mendukung haruslah sesuai dengan masalah yang akan diteliti untuk dijelaskan uraian dalam suatu penelitian.        
            Untuk memperoleh informasi, haruslah berpedoman pada ilmu pengetahuan yang merupakan bukti yang jelas dan tepat. Salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui pendidikan dan pengalaman yang terlebih dahulu dapat membaca dan menulis, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi :




Artinya :
“Niscahya Allah akan menunjukkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Mujaadilah : 11).
            Berpedoman pada ayat di atas yang merupakan wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW, saat diangkat menjadi Rasul. Pada ayat tersebut kita pahami bahwa selain beribadah, menuntut ilmu juga merupakan kewajiban umat manusia sebagai hamba Allah SWT. Menuntut ilmu pengetahuan didahului dengan membaca dan menulis. Menulis merupakan awal dari memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam meulis banyak aturan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan, dengan begitu, menulis merupakan aspek yang sangat penting untuk diajarkan kepada setiap orang, khususnya kepada siswa. Pada penelitian ini, penulis sengaja mengangkat masalah tentang kemampuan penulis siswa, khususnya membuat parafrasa dari teks tertulis. Dengan harapan penelitian ini penulis mendapat ridho dari Allah SWT.

1. Hakekat Metode The Learning Cell
a. Pengertian Metode
            (Slameto : 2010 :82) menyatakan “Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
            Kamus besar bahasa Indonesia (2005:740) menyatakan “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan atau kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
            Djamara (2006:75) menyatakan “Metode adalah salah satu alat untk mencapai tujuan. Dengan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran”.
            Suyatno (2009:26) menyatakan “Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan”.
            Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja yang teratur untuk memudahkan pelaksanaan atau kegiatan tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
b. Pengetian Metode The Learning Cell
            Dalam metode The Learning Cell “sel belajar” pertama kali dikembangkan oleh Goldschid dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne.
            Learning Cell menunjukkan pada suatu bentuk kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama. (Goldschmid dalam Agus Suprijono :122).
            Pembelajaran metode The Learning Cell merupakan strategi alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah membuat parafrasa dari teks tertulis. Dalam metode The Learning Cell siswa dituntut untuk kerja sama secara individu maupun kelompok, guna untk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademiknya.
            Pembelajaran metode The Learning Cell memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena ia mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif siswa. Sedangkan kegiatan belajar mengajar sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar. Guru harus bisa mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode The Learning Cell
            Langkah-langkah pembelajaran dalam metode The Learning Cell sebagai berikut :
  1. Sebagai persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pernyataan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan.
  2. Pada awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari teman. Siswa A mulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B.
  3. Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin siswa telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A.
  4. Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti siswa B yang bertanya dan begitu seterusnya.
  5. Selama berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan yan glain sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan.

3. Hakekat Kemampuan Membuat Parafrase dari Teks Tertulis
a. Pengertian Kemampuan
            Istilah kemampuan berasal dari kata “mampu” di dalam KBBI (2005:707) menyatakan “Mampu berarti kuasa, sanggup melaksanakan sesuatu sedangkan kemampuan adalah cekatan, dan kekuatan melakukan sesuatu”.
            Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan  atau kecekatan seseorang dalam melakukan sesuatu yang didapatkan melalui proses belajar.

b. Pengertian Menulis
            Di dalam belajarnya tidak hanya membaca tetapi juga dituntut untuk menuliskan, baik itu menuliskan pelajaran maupun menuliskan apa saja agar tidak cepat lupa dengan apa yang telah dipelajari tersebut. Tulisan yang ditulis hendaknya jelas, agar para pembaca mudah mengerti dengan apa yang dimaksudkan. Karena apa yang ditulis tidak hanya untuk dibaca perorangan atau pribadi, tetapi juga orang lain.
            Tarigan (1986:21) menyatakan “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut”.
            Morsey dalam Tarigan (2005:4) menyatakan “menulis digunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan / memberitahukan dan mempengaruhi dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.
            KBBI (2005:1219) menyatakan “menuli adalah melahirkan pikiran atau perasaan”.
            Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan meunlis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca.
C. Pengertian Parafrase
            Aminuddin (2010:41) memberi batasan bahwa parafrase adalah suatu cara untuk memahami kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunaan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya”. Tujuan memparafrasean adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
            Prinsip dasar dari penerapan teknik parafrase pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahw (1) gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, (2) simbol-simbol yang bersifat konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk lain yang tidak mengandung ketaksaan makna,  (3) kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami pelesapan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu bentuk cipta sastra baik dalam hal kata atau kalimat yang semula simbolik dan eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan mempermudah upaya  seseorang untuk memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, (5) pengungkapan kembali suatu gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca itu sendiri. Dari prinsip dasar pada butir 5 itu dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik parafrase selain untuk mempermudah upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga digunakan untuk mempertajam, memperluas pemahaman makna yang diperoleh pembaca itu sendiri.
            Pembelajaran parafrase jarang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai parafrase, berikut ini terdapat beberap pengertian mengenai parafrase.
            Menurut Kridalaksana (2001:154), parafrase adalah pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, tanpa mengubah maknanya dengan memberi kemungkinan penekanan yang agak berlainan.
            Pengertian parafrase lain didapat dari kamus istilah sastra (1999:59) dalam Eti hayati (2007:12), yakni penguraian kembali isi sebuah kalimat atau penggalan teks. Penguraian kembali ini biasanya menggunakan kata-kata lain dan maksudnya memperjelas.
            Dari beberapa pengertian parafrase yang dikemukakan dapat peneliti simpulkan bahwa parafrase merupakan kegiatan menulis atau menguraikan kembali suatu teks menjadi uraian baru yang memberi nuansa lain, akan tetapi masih pada konteks pengertian yang sama.
D. Jenis-jenis parafrase
            Terdapat beberapa jenis parafrase, diantaranya :
  1. Parafrase kalimat artinya memisahkan / memenggal sebuah kalimat menjadi beberap akata menurut jabatannya, yaitu : Subjek, Predikat, Objek, Keterangan.
  2. Parafrase suku kata artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut suku katanya
  3. Parafrase informasi lisan dari rekaman berita yang didengar artinya mengubah bentuk informasi lisan dari rekaman berita yang didengar ke bentuk prosa/ narasi

Indikator yang ditekankan pada aspek penilaian dalam pembelajaran baca informasi lisan dari rekaman berita yang didengar adalah :
    1. Lafal (ucapan) yang jelas dan benar
    2. Intonasi (tinggi rendahnya suara) yang tepat
    3. Dinamik(keras lemahnya suara) yang tepat
    4. Mimik (perubahan raut wajah) yang tepat

B. Kerangka Konseptual
            Kerangka disusun sebagai petunjuk arah dalam pemecahan masalah yang diteliti. Kerangka dibuat berdasarkan pada kajian teori yang telah dikemukakan di atas.

No comments:

Post a Comment