BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kerangka Teoretis
Dalam kegiatan penelitian ini,
kerangkan teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan penelitian.
Teori-teori tersebut dijadikan sebagai lanasan pemikiran dan acuan bagi
pembahasan masalah penelitian. Mengingat pentingnya hal itu, maka teori-teori
yang mendukung haruslah sesuai dengan masalah yang akan diteliti untuk
dijelaskan uraian dalam suatu penelitian.
Untuk memperoleh informasi, haruslah
berpedoman pada ilmu pengetahuan yang merupakan bukti yang jelas dan tepat. Salah
satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui pendidikan dan
pengalaman yang terlebih dahulu dapat membaca dan menulis, sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi :
Artinya :
“Niscahya Allah
akan menunjukkan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Mujaadilah : 11).
Berpedoman pada ayat di atas yang
merupakan wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW, saat diangkat menjadi
Rasul. Pada ayat tersebut kita pahami bahwa selain beribadah, menuntut ilmu
juga merupakan kewajiban umat manusia sebagai hamba Allah SWT. Menuntut ilmu
pengetahuan didahului dengan membaca dan menulis. Menulis merupakan awal dari
memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam meulis banyak aturan yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan, dengan begitu, menulis merupakan aspek yang sangat penting
untuk diajarkan kepada setiap orang, khususnya kepada siswa. Pada penelitian
ini, penulis sengaja mengangkat masalah tentang kemampuan penulis siswa,
khususnya membuat parafrasa dari teks tertulis. Dengan harapan penelitian ini
penulis mendapat ridho dari Allah SWT.
1. Hakekat
Metode The Learning Cell
a. Pengertian
Metode
(Slameto : 2010 :82) menyatakan
“Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.”
Kamus besar bahasa Indonesia
(2005:740) menyatakan “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan atau kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
Djamara (2006:75) menyatakan “Metode
adalah salah satu alat untk mencapai tujuan. Dengan metode secara akurat, guru
akan mampu mencapai tujuan pengajaran”.
Suyatno (2009:26) menyatakan “Metode
adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian tujuan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara kerja yang teratur untuk
memudahkan pelaksanaan atau kegiatan tertentu guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
b. Pengetian
Metode The Learning Cell
Dalam metode The Learning Cell “sel
belajar” pertama kali dikembangkan oleh Goldschid dari Swiss Federal Institute
of Technology di Lausanne.
Learning Cell menunjukkan pada suatu
bentuk kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan
secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama. (Goldschmid dalam Agus
Suprijono :122).
Pembelajaran metode The Learning
Cell merupakan strategi alternatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi baik secara individu maupun kelompok. Salah satu kemampuan yang
harus dikuasai siswa adalah membuat parafrasa dari teks tertulis. Dalam metode
The Learning Cell siswa dituntut untuk kerja sama secara individu maupun
kelompok, guna untk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir
kritis dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademiknya.
Pembelajaran metode The Learning
Cell memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif dalam belajar karena ia
mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya
daya kreatif siswa. Sedangkan kegiatan belajar mengajar sumber informasi bagi
siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan
belajar. Guru harus bisa mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat
memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.
2.
Langkah-langkah Pembelajaran Metode The Learning Cell
Langkah-langkah pembelajaran dalam
metode The Learning Cell sebagai berikut :
- Sebagai persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pernyataan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan.
- Pada awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari teman. Siswa A mulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B.
- Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin siswa telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A.
- Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti siswa B yang bertanya dan begitu seterusnya.
- Selama berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan yan glain sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan.
3. Hakekat
Kemampuan Membuat Parafrase dari Teks Tertulis
a. Pengertian
Kemampuan
Istilah kemampuan berasal dari kata
“mampu” di dalam KBBI (2005:707) menyatakan “Mampu berarti kuasa, sanggup
melaksanakan sesuatu sedangkan kemampuan adalah cekatan, dan kekuatan melakukan
sesuatu”.
Dari pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecekatan seseorang dalam melakukan
sesuatu yang didapatkan melalui proses belajar.
b. Pengertian
Menulis
Di dalam belajarnya tidak hanya
membaca tetapi juga dituntut untuk menuliskan, baik itu menuliskan pelajaran
maupun menuliskan apa saja agar tidak cepat lupa dengan apa yang telah
dipelajari tersebut. Tulisan yang ditulis hendaknya jelas, agar para pembaca
mudah mengerti dengan apa yang dimaksudkan. Karena apa yang ditulis tidak hanya
untuk dibaca perorangan atau pribadi, tetapi juga orang lain.
Tarigan (1986:21) menyatakan
“Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik tersebut”.
Morsey dalam Tarigan (2005:4)
menyatakan “menulis digunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan / memberitahukan dan mempengaruhi dan maksud serta tujuan
seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung
pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat”.
KBBI (2005:1219) menyatakan “menuli
adalah melahirkan pikiran atau perasaan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan meunlis adalah aktivitas seseorang dalam
menuangkan ide-ide, pikiran dan perasaan secara logis dan sistematis dalam
bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca.
C. Pengertian
Parafrase
Aminuddin (2010:41) memberi batasan
bahwa parafrase adalah suatu cara untuk memahami kandungan makna dalam suatu
cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan
pengarang dengan menggunaan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan
kata-kata dan kalimat yang digunakan pengarangnya”. Tujuan memparafrasean
adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang
sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu
cipta sastra.
Prinsip dasar dari penerapan teknik
parafrase pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahw (1) gagasan yang sama
dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda, (2) simbol-simbol yang bersifat
konotatif dalam suatu cipta sastra dapat diganti dengan lambang atau bentuk
lain yang tidak mengandung ketaksaan makna,
(3) kalimat-kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami
pelesapan dapat dikembalikan lagi kepada bentuk dasarnya, (4) pengubahan suatu
bentuk cipta sastra baik dalam hal kata atau kalimat yang semula simbolik dan
eliptis menjadi suatu bentuk kebahasaan yang tidak lagi konotatif akan
mempermudah upaya seseorang untuk
memahami kandungan makna dalam suatu bacaan, (5) pengungkapan kembali suatu
gagasan yang sama dengan menggunakan media atau bentuk yang tidak sama oleh
seorang pembaca akan mempertajam pemahaman gagasan yang diperoleh pembaca itu
sendiri. Dari prinsip dasar pada butir 5 itu dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik
parafrase selain untuk mempermudah upaya pemahaman makna suatu bacaan, juga
digunakan untuk mempertajam, memperluas pemahaman makna yang diperoleh pembaca
itu sendiri.
Pembelajaran parafrase jarang
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Untuk memperdalam pemahaman kita
mengenai parafrase, berikut ini terdapat beberap pengertian mengenai parafrase.
Menurut Kridalaksana (2001:154),
parafrase adalah pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang
sama, tanpa mengubah maknanya dengan memberi kemungkinan penekanan yang agak
berlainan.
Pengertian parafrase lain didapat
dari kamus istilah sastra (1999:59) dalam Eti hayati (2007:12), yakni
penguraian kembali isi sebuah kalimat atau penggalan teks. Penguraian kembali
ini biasanya menggunakan kata-kata lain dan maksudnya memperjelas.
Dari beberapa pengertian parafrase
yang dikemukakan dapat peneliti simpulkan bahwa parafrase merupakan kegiatan
menulis atau menguraikan kembali suatu teks menjadi uraian baru yang memberi
nuansa lain, akan tetapi masih pada konteks pengertian yang sama.
D. Jenis-jenis
parafrase
Terdapat beberapa jenis parafrase,
diantaranya :
- Parafrase kalimat artinya memisahkan / memenggal sebuah kalimat menjadi beberap akata menurut jabatannya, yaitu : Subjek, Predikat, Objek, Keterangan.
- Parafrase suku kata artinya memisahkan/memenggal sebuah kata menurut suku katanya
- Parafrase informasi lisan dari rekaman berita yang didengar artinya mengubah bentuk informasi lisan dari rekaman berita yang didengar ke bentuk prosa/ narasi
Indikator yang ditekankan pada aspek penilaian dalam pembelajaran baca
informasi lisan dari rekaman berita yang didengar adalah :
- Lafal (ucapan) yang jelas dan benar
- Intonasi (tinggi rendahnya suara) yang tepat
- Dinamik(keras lemahnya suara) yang tepat
- Mimik (perubahan raut wajah) yang tepat
B. Kerangka Konseptual
Kerangka disusun sebagai petunjuk
arah dalam pemecahan masalah yang diteliti. Kerangka dibuat berdasarkan pada
kajian teori yang telah dikemukakan di atas.
No comments:
Post a Comment